Kamis, 19 Desember 2013

Resensi Antologi Puisi- W.S. Rendra


 Resensi Oleh: Citra Tri Nurtina
Mahasiswa FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Unswagati Cirebon
Rendra; Pejuang Kemanusiaan dan Kebudayaan dengan Senjata Kata-Kata

Judul Buku      : Doa Untuk Anak Cucu
Pengarang       : W.S. Rendra
Penerbit           : Bentang
Tahun Terbit    :Cetakan 1, April 2013.
                        Cetakan 2, Juli 2013
Tebal Buku      : 100 Halaman
Harga              : Rp. 28.000,- 


Antologi Puisi yang ditulis oleh salah satu penyair terbaik Indonesia,yaitu Willibrodus Surendra Bhawana Brotoatmodjo Rendra atau yang dikenal dengan sebutan W.S. Rendra ini diterbitkan sebagai bentuk kerinduan terhadap sang Maestro. Nama besarnya di balantika kepenyairan tentunya tidak disangsikan lagi. Pria kelahiran Solo, 7 November 1935 ini memang adalah salah satu penyair terkemuka pada tahun 1960-an.
Semasa hidupnya, Rendra telah banyak menulis sajak. Kumpulan sajaknya yang pertama  berjudul Ballada Orang-orang Tercinta (1957), kemudian Empat Kumpulan Sajak (1961), Blues Untuk Bonnie (1971), Sajak-sajak Sepatu Tua (1972), Potret Pembangunan dalam Puisi, Disebabbkan oleh Angin (1993),dan ini yang terakhir Doa Untuk Anak Cucu.
 Antologi puisi yang berjudul Doa Untuk Anak Cucu berisikan  22  puisi W.S. Rendra. Buku ini dapat mengobati kerinduan para penikmat sastra kepada Si Burung Merak yang telah lama mangkat. Melalui kumpulan puisi yang belum pernah dipublikasikan, inilah sebuah persembahan dari Rendra untuk yang selalu setia pada Sastra.
Setiap Antologi Puisi Rendra, memang kerap mengangkat tema-tema sosial. Kelebihan dari antologi ini adalah konten puisinya yang mengangkat tema sosial dan tak pelak Rendra juga mengkritik keadaan sosial masyarakat Indonesia, yang mampu memberikan efek bahkan sugesti untuk pembaca. Pembaca jadi lebih peka terhadap keadaan sosial, politik, budaya di Indonesia. Terlihat sekali bahwa dalam puisi-puisinya Rendra tidak hanya memikirkan metafora kata saja sebagai keindahan puisi, tapi Ia bertindak sebagai pejuang kemanusiaan dengan senjata kata-kata. Puisinya sarat akan keadaan atau peristiwa sosial yang terjadi. Lalu kelebihan lain adalah diksi yang digunakan rendra cenderung polos, denotatif. Mengingat pembaca puisinya dari berbagai kalangan, apresiasi dan pemahamannya juga beragam, puisi Rendra begitu mudah dipahami oleh siapa saja. Lalu yang khas dari puisi-puisi Rendra adalah citraan (gambaran). Rendra kerap menggunakan citraan dalam setiap puisinya dan itu membuat pembacanya berimajinasi setelah membacanya. Pembaca seolah-olah merasa berada dalam puisi tersebut.Lalu, letupan emosi Rendra dalam setiap puisinya begitu jujur, lugu, dan sebuah hantaman emosional yang tercipta dan dicipta. Disitu bisa dirasakan bagaimana Rendra berbicara, berteriak, dan menyampaikan sebuah kejujuran.
Ada kelebihan pastinya juga ada kekurangan. Meskipun Rendra adalah salah satu penyair terbaik di Indonesia, tentu itu tidak menjadi jaminan mutlak kesempurnaan tulisannya. Dalam antologi puisi Doa Untuk Anak Cucu, ada kata-kata dari bahasa Sanksekerta yang tidak dipahami. Ia juga menuliskan nama-nama leluhur, dewa, dan kata-kata yang masih asing. Sehingga saya perlu menelusuri makna-makna tersebut pada sebuah kamus. Bahkan saya berkali-kali membuka internet untuk mencari makna-makna dari bahasa Sanksekerta itu.
Sudah puas melucuti antologi puisi Rendra dengan adjustment pribadi, saya pun ingin memberi kesaksian bahwa “Doa Untuk Anak Cucu” cocok untuk dimasukkan ke dalam referensi bacaan generasi muda masa kini. Agar kita semua “melek” politik. Kita perlu mengkritisi setiap gejala sosial yang muncul di Indonesia. Selain itu Rendra juga menuliskan puisinya dnegan bahasa-bahasa yang terbuka (mudah dipahami), jadi siapa pun dapat membaca puisi ini, mengartikan puisi ini. Karena Rendra sendiri menulis untuk dimengerti, bukan untuk membuat sebuah teka-teki.

Rendra adalah pejuang kemanusiaan dan kebudayaan dengan senjata kata-kata, untuk itu saya menaruh kekaguman yang sangat luar biasa kepada si Burung Merak ini. Disertakan tulisan ini saya berdoa semoga Allah SWT melimpahkan kasih cinta-Nya kepada engkau di sana, semoga Dia berkenan memberikan Firdausnya atas setiap kata yang kau sumbangkan untuk kemajuan ilmu sastra di Indonesia. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar