Judul : Blues untuk Bonnie
Pengarang : W.S. Rendra
Penerbit : Pustaka Jaya
Tahun Terbit : Cetakan Pertama, 1971
Cetakan Kedua, 2013
Halaman : 56 Halaman
Harga : Rp. 14.000,-
Blues untuk Boni diterbitkan pertama kali di Cirebon pada
tahun 1971. Sajak-sajak karya W.S. Rendra yang tergabung dalam Antologi Puisi
Blues untuk Bonnie diterbitkan oleh Pustaka Jaya. Buku setebal 56 halaman ini,
berisi 13 puisi panjang. Ini hanya salah satu dari beberapa antologi puisi yang
menjadi karya W.S. Rendra yang lain.
Blues untuk Bonnie, terasa cukup menggelitik, ketika dituturkan dengan celoteh khas ala W.S. Rendra. Sebagai sosok besar, W. S. Rendra dalam penciptaannya mungkin sekali terinspirasi oleh penyair-penyair dunia yang menjadi kawan seperjuangan.
Blues untuk Bonnie, terasa cukup menggelitik, ketika dituturkan dengan celoteh khas ala W.S. Rendra. Sebagai sosok besar, W. S. Rendra dalam penciptaannya mungkin sekali terinspirasi oleh penyair-penyair dunia yang menjadi kawan seperjuangan.
Menilik antologi puisi Rendra yang satu ini, memaksa kita
untuk berpendapat, bahwa Rendra tengah bercerita. Gaya puisinya naratif
deskriptif dengan bahasa lugas, boleh dikatakan sajak Rendra berupa epik. Saya pikir Rendra
sudah jengah dengan kaidah estetika yang rumit, hingga akhirnya dia lebih
memilih berkelana bebas dengan bahasa-bahasa yang lebih populer namun
menggelitik. Lihat saja, bagaimana dia menyinggung realitas sosial dibumbui
dengan unsur seks, yang kemudian melahirkan puisi Bersatulah, Kepada M.G, Pesan
Pencopet. Dia pun banyak menggunakan gaya-gaya sindiran, untuk merekam
momen-moment ironis. Kita bisa melihat ini dalam puisi Bersatulah
Pelacur-Pelacur Kota Jakarta, Blues Untuk Bonnie, dan juga Rick dari Corona.
Meskipun di sana-sini Rendra memasukan unsur seks, namun
dia tak kehilangan sisi spiritualitas, sebagaimana dia berbicara dengan sudut
pandang agamanya, melalui puisi Kotbah dan Nyanyian Angsa.
Bagi saya dari sekian banyak puisi yang hadir dalam
Antologi Puisi Blues untuk Bonnie, puisi Kupanggili Namamu lah yang meninggalkan
kesan mendalam, ada kesenduan sekaligus
pengorbanan besar terpampang di sana. Ketenangan sekaligus romantisme yang
berdebur.
.................................
Sia-sia kucari pancaran sinar matamu.
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu
yang kini sudah kulupa.
Sia-sia
Tak ada yang bisa kujangkau
Sempurnalah kesepianku.
Angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka
Ingin kuingat lagi bau tubuhmu
yang kini sudah kulupa.
Sia-sia
Tak ada yang bisa kujangkau
Sempurnalah kesepianku.
Angin pemberontakan
menyerang langit dan bumi.
Dan dua belas ekor serigala
muncul dari masa silam
merobek-robek hatiku yang celaka
...............................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar